Postingan

Eksistensi Digital: Sok Berkelas, Aslinya Nggak Jelas

Makin ke sini, gaya hidup makin nggak ngotak. Pasak lebih besar daripada tiang sudah jadi hal lumrah, rentenir pun makin gencar datangin rumah. Di balik sikap angkuh mereka di dunia maya, realitanya justru banyak yang hidup dalam kesulitan finansial.   Mereka mau terlihat ber-value lewat kata-kata di platform digital, padahal aslinya melarat. Koar-koar nggak jelas, entah buat apa. Kalau sudah salah kaprah, paling ngandelin klarifikasi doang. Kirain udah selesai sampai situ, padahal jejak digital itu bisa dilacak.   Yang lebih lucu, dunia maya sekarang penuh dengan orang yang hobi flexing . Pamer gaya hidup mewah, padahal banyak yang modal utang. Foto kopi di kafe mahal, tapi dompet kering. Ngaku kerja keras, padahal masih nebeng orang tua. Pengen keliatan kaya, tapi lupa kalau cicilan udah numpuk.   Gaya hidupnya nggak seimbang sama isi kantong, tapi tetap ngotot ingin kelihatan lebih dari yang lain. Kenapa? Karena standar sosial zaman sekarang diukur dari...

Gangguan Kesehatan Mental Menjadi Tren? Kok Bisa Sih?

Gambar
Dalam beberapa tahun terakhir, obrolan soal kesehatan mental makin sering ya? Di berbagai platform digital seperti media sosial sampai di tongkrongan pun ini suatu hal yang biasa buat di bicarain. Banyak yang lebih terbuka ngomongin soal kecemasan, overthinking, depresi, bahkan sampai ke perihal gangguan bipolar lho! T erutama pada generasi milenial. Ini sebenarnya hal bagus karena dulu kesehatan mental dianggap hal tabu dan jarang dibicarain. Tapi, kok makin ke sini malah terasa seperti sesuatu yang nge-tren ? Fenomena ini memunculkan perdebatan dari berbagai pihak, apakah ini hal baik atau justru kita harus waspadai. Sebenarnya, kenapa sih malah menjurus ke arah tren? Padahal kesehatan mental bukan hal yang bisa dianggap sepele. Semua tahu, dulu ngomongin perihal masalah mental tuh rasanya berat banget. Orang takut di-cap lemah atau parahnya lagi dia dianggap gila. Untungnaya, sekarang stigma itu mulai berkurang. Banyak yang akhirnya berani speak-up dan cari bantuan. Tapi disisi lain...

Efektivitas Tablet Tambah Darah pada Remaja Perempuan: Solusi Tepat atau Hanya Sementara?

     Melalui remaja yang sehat, kita mewariskan Indonesia yang lebih tangguh dan berdaya saing, karena arah tujuan Indonesia akan berada di tangan mereka kelak. Guna memastikan kesehatan para remaja Indonesia, pemerintah menggelar aksi bergizi yang akan dilaksanakan secara bertahap ke seluruh wilayah Indonesia. Salah satu aksi yang dilancarkan oleh pemerintah dan sudah berlanjut hingga saat ini adalah pembagian tablet tambah darah, atau bisa disingkat TTD.      Kemenkes RI akan melakukan pencegahan terhadap remaja putri sebelum menikah dari anemia. Pencegahan tersebut bertujuan untuk menghindari potensi kelahiran calon anak yang mengalami stunting atau tubuh kerdil. Bapak Budi Gunandi Sadikin, selaku Menteri Kesehatan RI, menegaskan pentingnya mengonsumsi tablet tambah darah bagi remaja putri. Di mana, jika dilihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, tercatat sebesar 26,8% anak usia 5-14 tahun menderita anemia dan 32% pada usi...